Kasus 1
1: Pertama kali bertemu dia di sebuah restoran, kamu
sedang stres banyak pekerjaan. Dengan tugas kantor yang berjibun, kamu
nggak sempat untuk berolahraga seperti biasa. Jadi beratmu bertambah dua
kilo. Tugas kantor beres, kamu tambah sering nge-date dengan dia. Enam
bulan kemudian, kalian menghabiskan waktu dengan makan di luar, barbeque
di hari Minggu, makan bareng di rumah, delivery sambil nonton DVD, and
so on. Pendeknya, beratmu nambah lagi lima kilo. Waktu pertama mulai
dekat, dia sempat bilang suka perempuan yang berisi dan bisa menikmati
makanan. Tapi, beberapa minggu terakhir banyak yang berubah. Enam bulan
dan tujuh hari setelah pertama kali bertemu, dia memberikan hadiah
berupa member setahun di sebuah pusat kebugaran lengkap dengan personal
trainer. Ouch!
Kasus 2
2: Kalian
sudah pacaran selama enam bulan. Pertama kali bertemu di saat happy hour
di sebuah klub terkenal. Dia nggak membuatmu tertarik dengan wajah atau
penampilannya. Tapi, kalian nyambung dan pengetahuannya luas walaupun
gaya berpakaiannya seperti om-om. Pendeknya, dia lebih suka pakai celana
baggy hitam (jaman dulu), kaos polo biru bermotif (no Ralph Lauren
here), pantofel cokelat dan sabuk cokelat setiap hari. Variasinya cuma
kemeja lengan panjang, jeans baggy, dan kaos yang kebesaran. Saat
pertama bertemu kamu berpikir dia baru pulang kerja (lampu di klub
memang nggak bisa diandalkan). Tapi, gayanya mulai mengganggu mata dan
pikiranmu beberapa minggu terakhir. Saat ketemu semalam, kamu memberikan
dia hadiah kejutan. Dia membuka kantung dengan semangat dan keningnya
berkerut. Isinya skinny jeans, celana khaki masa kini dan kaus serta
kemeja yang pas tapi nggak ketat. Dia berkata, “Maksud kamu apa?”
Bagaimana Menjadi Positif
Awal hubungan memang membutakan
kita pada beberapa hal tertentu. Padahal hal-hal yang kita nggak lihat
(atau tanpa sadar berusaha kita tolerir) tersebut sebenarnya berlawanan
dengan selera atau pemikiran kita. Keinginan untuk mengubah seseorang
untuk lebih sehat atau berpakaian dengan lebih pantas memang nggak
salah. Tapi, sayangnya, we can only change ourselves. Walaupun niat kita
baik, perubahan nggak akan mulai dan berlanjut tanpa kita pun ikut
berubah. Lebih baik mengajak pasangan melakukan perubahan bersama.
Sehingga terasa adil dan menguntungkan untuk kedua belah pihak.
Misalnya,
usulan jadi member pusat kebugaran akan lebih efektif dan menyenangkan
kalau berlaku untuk berdua. Idealnya, usulan ini juga termasuk dialog
yang berlaku untuk kesenanganmu dan dia: olahraga bersama; melakukan
aktifitas bareng yang menyehatkan; hidup sehat; dan memperbaiki gaya
hidup berdua.
Walaupun kejujuran dan komunikasi penting di setiap
hubungan, akan susah untuk meminta perubahan dari pasangan kalau
permintaan terlihat untuk satu pihak saja, apalagi ada unsur kepentingan
pribadi. Dengan mengubah cara penyampaian dengan kata-kata yang
menunjukkan niat demi kehidupan yang lebih baik dan tulus demi kesehatan
atau demi kebaikan pasangan, kita menciptakan suasana yang lebih pas
untuk perubahan. Dan dia pun nggak merasa terpaksa atau bahkan
tersinggung.
Setuju atau tidak? Ditunggu komentarnya!
(sumber : www.yahoo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar